Selasa, 09 Desember 2014

Pertanian Berbasis Kearifan Lokal




Pertanian Berbasis Kearifan Lokal

 Phttp://www.pdii.lipi.go.id/wp-content/uploads/2013/12/Kearifan-Lokal-245x300.jpg

Pengertian, Kearifan Lokal 
Menurut Ardhana (2005), kearifan lokal dapat diartikan sebagai perilaku bijak yang selalu menggunakan akal budi, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam suatu wilayah geografis tertentu. Dalam kearifan lokal ada karya atau tindakan manusia yang sifatnya bersejarah, yang masih diwarisi masyarakat setempat. Perilaku bijak ini biasanya adalah tindakan, kebiasaan atau tradisi, dan cara-cara masyarakat setempat yang menuntun untuk hidup tenteram, damai dan sejahtera.
Sunaryo dan Laxman (2003), menjelaskan kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam waktu yang cukup lama.
Menurut Keraf (2002), kearifan lokal atau kearifan tradisional yaitu semua bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
2.         Bentuk-bentuk Kearifan Lokal
Memahami kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendekatan struktural, kultural dan fungsional (Ardhana, 2005). Menurut perspektif sturktural, kearifan lokal dapat dipahami dari keunikan struktur sosial yang berkembang dimasyarakat, yang dapat menjelaskan tentang institusi atau organisasi sosial serta kelompok sosial yang ada.
Ardhana (2005), menjelaskan bahwa menurut perspektif kultural, kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka, termasuk mekanisme dan cara untuk bersikap, bertingkah laku dan bertindak yang dituangkan dalam suatu tatanan sosial.
Menurut perspektif fungsional, kearifan lokal dapat dipahami bagaimana masyarakat menjalankan fungsi-fungsinya, yaitu fungsi adaptasi, integrasi, pencapaian tujuan dan pemeliharaan pola. Contohnya dalam hal beradaptasi menghadapi era globalisasi (televisi, akulturasi dan lain-lain). 
Tinjauan tentang Global Warming
Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosferlaut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±  .32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil mencerminkan besarnyakapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. (Wikipedia 2011)

Bentuk pertanian kearifan lokal daerah Klaten
Semua, yang bersifat kuno bukan berarti itu buruk atau tak layak pakai tapi mari kita belajar dari sejarah. Jika sejarah itu baik mari kita gunakan lagi sebaik-baiknya dengan kombinasi modernitas yang sesuai dengan kearifan alam. Salah satunya, di daerah saya yaitu didaerah Klaten. Dahulu, di daerah saya sistem pertaniannya seperti berikut :
1.      Pemupukan dilakukan dengan pupuk organik dari alam seperti dengan cara    pembusukkan dedaunan lalu di benamkan ke area sawah, atau dengan pemupukan dengan pupuk kandang.
2.      Adanya jeda tiap periode tanam, yaitu dengan cara seperti pola tanam padi--padi--  palawija---jeda(diisi dengan menanam koro, untuk pemupukan alami).
3.      Pupuk kimia tidak diberikan secara gila-gilaan bahkan tidak ada.
4.      Pemberantasan hama secara alami dengan predator alami hama,dan lain sebagainya. 

Jika sistem kearifan lokal itu dapat berjalan dengan penyesuaian zaman sekarang pertanian pasti akan maju.
http://sistempertanianorganik.files.wordpress.com/2012/07/pertanian-organik.jpg

Sumber :  
http://johnnduka.blogspot.com/2012/03/pengembangan-kearifan-lokal-di-sektor.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Efek Blog
Sumber : http://thekampoengblogger.blogspot.com/2013/03/30-efek-blog-paling-dicari-oleh-blogger.html#ixzz3GHyUTGnY
Efek Blog
Sumber : http://thekampoengblogger.blogspot.com/2013/03/30-efek-blog-paling-dicari-oleh-blogger.html#ixzz3GHzF5yDq