Rabu, 15 Oktober 2014

CONTOH PERTANIAN BERBASIS KEARIFAN LOCAL

                             Wujudkan Ketahanan Pangan dengan Kearifan Lokal


 Oleh: Tupan dan di revisi oleh Riowahid alfawzi S,Agr



Ketahanan Pangan 

 Ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi di mana setiap orang sepanjang waktu memiliki
akses, baik secara fisik maupun ekonomis, terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi, untuk
memenuhi kebutuhan gizi harian yang diperlukan agar dapat hidup dengan aktif dan sehat
(Suryana, 2004). Sejalan dengan itu dalam ketahanan pangan terdapat 3 (tiga) komponen penting
pembentuk ketahanan pangan, yaitu produksi dan ketersediaan pangan, jaminan akses terhadap
pangan, serta mutu dan keamanan pangan. Produksi pangan, terutama padi pada tahun 2005
mencapai 53,1 juta ton gabah kering giling, merupakan tingkat produksi tertinggi yang pernah
dicapai oleh Indonesia.
 Meskipun produksi pangan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tapi ternyata
ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri masih belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan
pangan yang terus meningkat karena pertumbuhan jumlah penduduk. Saat ini Indonesia menjadi
negara pengimpor beras terbesar dari pasar beras dunia. Peningkatan produksi pada masa
mendatang, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung terus meningkat
tampaknya akan menghadapi kendala yang cukup berat. Di satu sisi, lahan-lahan terbaik untuk
budidaya pertanian pangan sudah dimanfaatkan secara penuh sehingga perluasan lahan pertanian
akan memanfaatkan lahan-lahan yang lebih marjinal. Di sisi lain, lahan pertanian terbaik yang ada
mengalami penyusutan yang relatif cepat karena dikonversikan penggunaannya untuk memenuhi
kebutuhan akan perumahan, pengembangan industri dan penggunaan lainnya.
 Tonggak ketahanan pangan adalah ketersediaan atau kecukupan pangan dan aksesibilitas bahan
pangan oleh anggota masyarakat. Penyediaan pangan dapat ditempuh melalui produksi sendiri
dengan memanfaatkan pengalokasian sumber daya alam. Basis dari konsep ketahanan pangan
nasional adalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, terutama di perdesaan. Demikian pula
sebaliknya, ketahanan pangan di tingkat rumah tangga merupakan prakondisi sangat penting untuk memupuk ketahanan pangan regional dan di tingkat nasional
Ketahanan pangan nasional selama ini dicapai melalui kebijaksanaan swasembada pangan
dan stabilitas harga. Secara umum pemerintah berupaya menjaga stabilitas pangan (khususnya
beras) yang diindikasikan dengan adanya kemampuan menjamin harga dasar (floor price) dan
harga langit-langit (ceiling price) yang ditetapkan melalui pengadaan pangan dan operasi pasar
terhadap tingkat harga pedagang besar yang jauh lebih stabil dari harga beras di pasaran
internasional.
Strategi Pencapaian Ketahanan Pangan

Usaha memantapkan swasembada beras dan pencapaian swasembada pangan lainnya perlu
difokuskan pada terwujudnya ketahanan pangan, diversifikasi konsumsi pangan serta terjaminnya
keamanan pangan. Ada beberapa strategi yang harus dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan
rumah tangga. Pertama, perlu mengadopsi strategi pembangunan dan kebijakan ekonomi makro
yang menciptakan pertumbuhan berdimensi pemerataan dan berkelanjutan. Kedua, mempercepat
pertumbuhan sektor pertanian dan pangan serta pembangunan perdesaan dengan fokus
kepentingan golongan miskin. Ketiga, sudah saatnya meningkatkan akses terhadap lahan dan
sumberdaya pertanian dalam arti luas secara lebih bijaksana, termasuk menciptakan dan
meningkatkan kesempatan kerja, transfer pendapatan, menstabilkan pasokan pangan, perbaikan
perencanaan dan pemberian bantuan pangan dalam keadaan darurat kepada masyarakat.

Kearifan lokal
 Variasi jenis dan macam pangan lokal Indonesia sangat beragam, hal ini tergantung dari
budaya dan kebiasaan masyarakat setempat. Nasi jagung, Sagu dan Gaplek bukan mencerminkan
keadaan sosial ekonomi masyarakat yang rendah tetapi kebiasaan dan kearifan masyarakat
setempat dalam memanfaatkan keadaan alam yang harmonis dan selaras.
 Salah satu upaya nyata untuk meningkatkan percepatan gerakan penganekaragaman konsumsi
pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan adalah dengan mengembalikan pola
penganekaragaman konsumsi pangan yang telah mengakar di masyarakat sebagai kearifan lokal.  Kearifan lokal sebagai sumber karbohidrat masyarakat di pedesaan yang biasa dikonsumsi
adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas, ganyong (sebek), surak, gembili (kemilik), uwi dan
perenggi. Sedangkan sebagai sumber protein, masyarakat juga telah terbiasa mengonsumsi aneka
jenis ikan, seperti belut, siput, kerang dan unggas yang berasal dari hasil budidaya maupun hasil
tangkapan di alam. Adapun untuk sumber mineral dan vitamin, didapat dari buah-buahan dan
sayuran yang tersedia di pinggiran hutan, kebun, pematang sawah, saluran irigasi maupun di
pekarangan rumah.
 Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan, kearifan lokal ini dapat
dijadikan pendamping dari ilmu-ilmu serta teknologi modern. Karena kearifan lokal merupakan
internalisasi dari pengalaman hidup yang panjang dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat
lokal dengan norma-norma sosialnya. Kearifan lokal ini dapat sekaligus menjadi penyaring
modernisasi yang dapat berdampak negatif bagi kehidupan sosial dan budaya masyarakat
setempat, maupun merusak alam lingkungan.
 Mewujudkan ketahanaan pangan nasional melalui peningkatan produksi komoditas pangan
bukan berarti harus mengabaikan norma-norma sosial budaya, mengabaikan daya dukung dan
kelestarian alam, serta memarginalisasi eksistensi masyarakat lokal. Ketahanan pangan nasional
akan menjadi terlalu mahal ongkosnya bila harus mengabaikan ketahanan sosial budaya
masyarakat pedesaan dan menimbulkan kerusakan alam.
 Kearifan lokal ini menjadi benteng yang sangat penting dalam meningkatkan peranan dunia
usaha di bidang pertanian tanaman pangan. Peran dunia usaha memproduksi komoditas pangan
memang sulit untuk dihindari, sebaliknya peranan tersebut perlu terus didorong. Sementara peran
pemerintah lebih terfokus pada regulasi dan penyediaan infrastruktur pertanian. Meski demikian,
peranan dunia usaha tetap harus sejalan dengan kearifan lokal yang telah tumbuh dan berkembang
pada kehidupan masyarakat pedesaan selama ini. Dengan begitu, ketahanan pangan nasional akan
terwujud dengan adanya diversifikasi konsumsi pangan berbasis kearifan lokal.


4 komentar:

  1. apakah sampai sekarang pertanian berbasis kearifan lokal masih di lestarikan?

    BalasHapus
  2. Gimana sih kak cara meningkatkan akses terhadap lahan dan
    sumber daya pertanian ??? sementara lahan di Indonesia kan semakin terbatas
    :)

    BalasHapus
  3. Dalam pertanian tradisional, ada satu aspek penting yang disebut sebagai ?Local atau Indigenous Knowledge (IK)? atau sering disebut sebagai ?Kearifan Lokal/tradisional?. Sistem kearifan lokal dalam bidang pertanian merupakan suatu pengetahuan yang utuh berkembang dalam budaya atau kelompok etnik tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara subsistem sesuai kondisi lingkungan yang ada dari definisi tersebut membuktikan bahwa pertanian berbasis kearifan masih di pake mas dika

    BalasHapus
  4. ini jawabanya untuk sis AIS Bilitone Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan pangan
    sampai ke tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan nasional.
    Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
    1. Pengamanan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, antara lain melalui pengamanan
    lahan sawah di daerah irigasi, peningkatan mutu intensifikasi, serta optimalisasi dan perluasan
    areal pertanian;
    2. Peningkatan distribusi pangan, melalui penguatan kapasitas kelembagaan pangan dan
    peningkatan infrastruktur perdesaan yang mendukung sistem distribusi pangan, untuk menjamin
    keterjangkauan masyarakat atas pangan;
    3. Peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil, melalui optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin
    pertanian untuk pasca panen dan pengolahan hasil, serta pengembangan dan pemanfaatan
    teknologi pertanian untuk menurunkan kehilangan hasil (looses);
    4. Diversifikasi pangan, melalui peningkatan ketersediaan pangan hewani, buah dan sayuran,
    perekayasaan sosial terhadap pola konsumsi masyarakat menuju pola pangan dengan mutu yang
    semakin meningkat, dan peningkatan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif/pangan
    lokal; dan
    5. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, melalui peningkatan bantuan pangan kepada
    keluarga miskin/rawan pangan, peningkatan pengawasan mutu dan kemanan pangan, dan
    pengembangan sistem antisipasi dini terhadap kerawanan pangan.

    BalasHapus

Efek Blog
Sumber : http://thekampoengblogger.blogspot.com/2013/03/30-efek-blog-paling-dicari-oleh-blogger.html#ixzz3GHyUTGnY
Efek Blog
Sumber : http://thekampoengblogger.blogspot.com/2013/03/30-efek-blog-paling-dicari-oleh-blogger.html#ixzz3GHzF5yDq